Cerita Erlin, Anak Tukang Jahit yang Raih Cum Laude di National Cheng Kung University Taiwan

Cerita Erlin, Anak Tukang Jahit yang Raih Cum Laude di National Cheng Kung University Taiwan
Erlin Tresna Nurlianti, tampak bangga berfoto bersama kedua orangtuanya di ruang kerja sang ayah yang berprofesi sebagai penjahit rumahan di wilayah Kebon Kol, Sumedang. Dok/ruber.id

BERITA SUMEDANG.ruber.id – “Anak-anak saya nanti, jangan sampai hidup seperti orangtuanya sekarang. Maka dari itu, anak-anak saya harus mengenyam pendidikan minimal sampai S1, jangan seperti ayahnya yang hanya lulusan SMP.”

Inilah tekad Ade Wahyudin, seorang penjahit rumahan asal Lingkungan Kebon Kol, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang dalam membesarkan anaknya.

Berkat semangat pantang menyerah, dengan menekuni jasa jahit baju, celana hingga permak jins di rumahnya ini. Didorong pula oleh spirit pantang menyerah yang ditularkan kepada anaknya pula, cita-cita suami dari Mulyati, untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjanng pendidikan tertinggi pun, kini terwujud.

Ya, saat ini, satu dari dua orang anaknya, Erlin Tresna Nurlianti, pada usianya yang ke-24, berhasil merengkuh gelar M. Sc dari National Cheng Kung University, Taiwan.

Bahkan, Erlin sukses meraih Indeks Prestasi 4.0 atau Cum Laude.

Yang membangggakan lagi, gelar S2 yang putri asli Sumedang ini capai dengan beasiswa penuh dari pemerintah Taiwan.

Tak sampai di situ, saat ini, kakak dari Khafid Fatturachman, juga telah menempuh internsip di King Abdullah University of Science and Technology (KAUST).

Sukses Berkat Dukungan Orangtua

Semua capaian itu, kata Erlin, ia dapat berkat spirit yang ditularkan kedua orangtuanya.

Bahkan, pasca-lulus S1 dari Politeknik Bandung, saat itu, Erlin mengaku bingung karena tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

“Setelah lulus S1 dari Polban dengan hasil Cum Laude, karena ketiadaan biaya. Saya bekerja di P&G selama 2 tahun sebagai Quality Assurance.”

“Selama dua tahun bekerja di P&G itu, satu tahun kerjanya di Indonesia, tahun berikutnya di Jepang,” tutur gadis kelahiran 28 Juni 1992 ini di kediamannya, tahun 2016, silam.

Kemudian, kata Erlin, ketika menerima beasiswa dari Taiwan, ia memutuskan untuk resign dan memilih meneruskan pendidikan di Cheng Kung University.

“Alhamdulillah, semuanya berkat dorongan dari orangtua, yang tak henti memotivasi dan mengingatkan Erlin dalam menempuh pendidikan dan mengejar cita-cita,” ucap juara tiga tari topeng se-Asia Pasifik dalam kegiatan Asia Pasifik Art contest di Bandung tahun 2010 ini.

Bagi Erlin, ayah dan ibunya merupakan sosok yang jadi panutan dalam menempuh pendidikan.

Khususnya, spirit yang orangtuanya berikan dalam sisi kerohanian.

“Ayah saya selalu mengajarkan untuk selalu salat tepat waktu, berdzikir mengingat Allah bila sedang mengalami kesulitan. Dan sedekah/berbagi rezeki kepada orang kurang mampu.”

“Meski ayah saya hanya seorang penjahit, tapi spirit dan berkat motivasi dari beliaulah yang menuntun saya meraih semua yang saya capai sampai saat ini,” katanya.

Erlin, bercita-cita mendirikan sekolah kelas internasional di tempat kelahirannya, di Sumedang.

“Cita-cita saya, adalah mendirikan sekolah yang bagus di Sumedang. Dan bila nanti sudah lulus S3, saya ingin jadi dosen di ITB, itu harapan dan cita-cita terbesar saya,” katanya lagi.

Pesan Orangtua Erlin

Sang ayah, Ade Wahyudin, yang irit bicara mengaku bersyukur anaknya bisa meraih kesuksesan di bidang pendidikan yang ia tempuh.

“Apa yang saya tanamkan ke anak, termasuk Erlin adalah agar tidak meninggalkan salat.”

“Karena salat menjadi jalan kemudahan bagi segala urusan, saya pun meyakini jika pendidikan agama itu sangat penting.”

“Saya selalu mengingatkan agar jangan tinggalkan salat wajib, yang lima waktu,” ujarnya.

Selain salat, kata Ade, sebagai orangtua mengingatkan kepada anak-anaknya untuk tidak lupa berdzikir sehabis salat, bahkan dalam waktu luang.

“Saya juga selalu mengajarkan dari dulu untuk bisa saling berbagi dengan sesama, kalu ada uang jajan, jangan dulu kita makan, tapi harus sedekah dan zakat.”

“Alhamdulillah, saya melihat sampai sekarang itu dilaksanakan dengan baik oleh Erlin. Bahkan puasa Senin, Kamis pun belum putus,” katanya.

Ade mengatakan, sebagai orangtua yang memiliki penghasilan pas-pasan dan tidak memiliki penghasilan tetap selayaknya PNS, ataupun karyawan. Hanya bisa memberi motivasi dan menanamkan nilai-nilai keagamaan.

Guna memacu anak-anaknya dalam meraih cita-citanya, termasuk dalam menempuh pendidikan.

“Harapan saya, semua cita-cita anak saya ini tercapai. Dan ilmu yang mereka dapatkan bisa teraplikasikan.”

“Dengan harapan pula bisa berbakti pada nusa, bangsa, dan negaranya,” katanya.

Penulis/Editor: R003