BERITA SUMEDANG.ruber.id – Digantung BBKSDA Jabar, nasib ratusan penyadap getah pinus di wilayah koservasi Gunung Masigit Kareumbi, Kabupaten Sumedang kini terpaksa menganggur.
Penyebabnya, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat menangguhkan perjanjian kerja sama (PKS) dengan ratusan penyadap getah di lokasi tersebut.
Keluhan Penyadap Getah Pinus di Sumedang
Kepala Desa Jaya Mekar, Kecamatan Cibugel Idi Kusnadi mengatakan, ada 70 orang yang berprofesi sebagai penyadap getah di wilayah desanya.
“Sudah 5 bulan mereka menganggur, selain tidak tidak bisa bekerja mereka juga sekarang hidupnya makin sulit karena terlitit utang,” ujarnya.
Idi menuturkan, karena hingga saat ini belum ada kejelasan terkait kelanjutan PKS dengan BBKSDA Jabar, para pekerja saat ini terpaksa bekerja serabutan.
“Karena sudah 5 bulan tak kunjung ada kejelasan, para penyadap getah saat ini mulai kelimpungan. Tak punya lagi pekerjaan yang bisa diandalkan, karena pekerjaan menyadap getah ini menjadi profesi mereka selama lebih dari 3 tahun,” tutur Idi.
Idi menyebutkan, terkait hal ini, Pemerintah Desa Jaya Mekar juga telah mengirimkan surat kepada pihak BBKSDA Jabar.
“Dalam surat, kami mempertanyakan terkait kejelasan perpanjangan PKS. Jika harus menunggu, maka kami (penyadap) harus menunggu berapa lama lagi. Karena ini sudah sejak bulan Maret tak kunjung ada kejelasan,” sebut Idi.
Sementara, Kepala Desa Sindulang Kecamatan Cimanggung, Ujang Supriatna menambahkan, di wilayah desanya ada 40 penyadap yang kini harus mengganggur akibat belum adanya kejelasan terkait PKS dari BBKSDA Jabar ini.
“Harapan para penyadap sederhana, hanya minta kejelasan dari BBKSDA Jabar, apakah kerja sama mau dilanjut atau dihentikan. Ini kami sangat memohon sekali agar dari pihak BBKSDA segera merespons keluhan dari para penyadap,” ucapnya.
Selain di Desa Mekar Jaya, Cibugel; dan Sindulang, Cimanggung; nasib sama juga dialami 19 penyadap asal Desa Sunda Mekar, Kecamatan Cisitu.
Kepala Desa Sunda Mekar Imam Mulyono mengatakan, 19 penyadap getah asal desanya sampai saat ini tidak memiliki pekerjaan karena masih menanti kejelasan dari BBKSDA Jabar.
“Pada intinya sama dengan keluhan dari penyadap getah di desa lain, kami mengharapkan respons dari BBKSDA Jabar terkait hal ini. Kasian juga kalau digantung seperti ini, sekarang mereka tidak bekerja dan malah terlilit utang,” sebutnya.