BERITA SUMEDANG.ruber.id – Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang akan melakukan penelitian terkait temuan sebuah batu yang mirip Menhir di Ganeas.
Menhir merupakan hasil kebudayaan zaman Megalitikum, berupa tiang atau tugu yang terbuat dari batu.
Menhir, berasal dari bahasa Keltik yang terdiri dari dua kata yakni Men artinya batu, sedangkan hir artinya panjang.
Jadi, Menhir artinya batu panjang berupa batu tunggal atau monolith.
Di mana, pada zaman Megalitikum, Menhir melambangkan arwah nenek moyang dan biasa digunakan untuk prosesi ritual.
Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Sumedang M Budi Akbar mengatakan, Menhir ditemukan warga di Desa Ganeas, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Warga Ganeas, menemukan batu tersebut di Bukit Cucut, Blok Citembong Girang, Desa Ganeas, Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang.
Batu diduga Menhir di Ganeas ini berukuran 50×50 sentimeter dengan ketinggian 1 meter.
Batu Menhir tersebut ditemukan warga di antara semak belukar, tepat berada di titik koordinat 0 kilometer Desa Ganeas.
“Kami menerima informasi adanya temuan batu setinggi 1 meter. Temuan ini, diduga sebagai warisan cagar budaya,” ucap Budi.
Temuan batu tersebut, kata Budi, telah ia konsultasikan kepada Arkeolog di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Menurut penjelasan arkeolog, kuat dugaan bahwa batu tersebut adalah Menhir. Yang mana, biasa digunakan oleh masyarakat di zaman Megalitikum, sebagai media untuk ritual,” jelas Budi.
Ajak Arkeolog Melakukan Kajian di Lokasi Penemuan di Ganeas
Budi menjelaskan, bila benar Menhir, maka di lokasi tersebut tidak hanya ada satu batu saja.
Melainkan, akan ada struktur lainnya di sekitar lokasi batu tersebut ditemukan.
Dalam hal ini, Disparbudpora Sumedang akan mengajak arkeolog untuk melakukan kajian untuk memastikan bahwa temuan batu tersebut memang memiliki nilai sejarah.
Budi menjelaskan, dari informasi warga juga, di lokasi batu tersebut juga terdapat batu lainnya.
Di mana, membentuk seperti pondasi layaknya suatu bangunan.
“Dari cerita warga setempat, wilayah Kabuyutan atau Citembong Girang ini, dahulunya merupakan cikal bakal pusat kota Sumedang. Sebelum akhirnya, pindah ke wilayah Darmaraja, yaitu pada masa kerajaan Tembong Agung, sebelum menjadi Kerajaan Sumedang Larang,” ucap Budi.