BERITA SUMEDANG.ruber.id – Mega proyek nasional di Kabupaten Sumedang, baik bendungan maupun jalan tol, selalu diserbu oleh spekulan tanah yang berminat membeli lahan yang akan dibebaskan oleh pemerintah.
Spekulan tanah ini banyak terdapat di wilayah Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Mereka, mengincar lahan yang akan dibebaskan untuk kepentingan proyek Tol Cisumdawu, maupun Bendungan Cipanas.
Akibat adanya spekulan itu, tidak sedikit pemilik tanah di kawasan bendungan maupun jalan tol yang tergiur untuk menjual tanah miliknya sebelum pembebasan atau dibayar oleh pemerintah.
Spekulan Tanah Dapat Untung Gede dari Pembebasan Lahan Bendungan Cipanas
Seperti halnya, para pemilik lahan di kawasan Bendungan Cipanas.
Di mana, puluhan warga Desa Cibubuan dan Desa Karanglayung Kecamatan Conggeang, Sumedang pada tahun lalu telah menjual tanah miliknya ke pihak spekulan dengan nilai harga lebih rendah.
Ada yang menjual lahannya Rp300.000 per bata, Rp500.000 per bata hingga Rp1 juta per bata.
Sedangkan, begitu menerima resume, ternyata nilai tanah itu dibayar oleh pemerintah seharga antara Rp2.4 juta per bata hingga Rp3 juta per bata.
Dengan nilai harga tanah dari pemerintah sangat melonjak, para pemilik lahan yang telah menjual tanah miliknya itu, merasa kaget dan penuh rasa menyesal.
Apalagi, resume yang baru saja mereka terima itu, langsung diberikan kepada pihak pembeli tanah miliknya (Spekulan).
“Bayangkan, waktu itu spekulan membeli dengan nilai Rp300.000 per bata. Sedangkan ganti untung dari pemerintah mencapai Rp2.4 juta per bata hingga Rp2.6 juta per bata.”
“Berapa kali lipat keuntungan yang didapat para spekulan, dari ratusan bata lahan yang telah mereka beli. Apalagi, hektaran tanah yang mereka belinya,” kata Kepala Dusun Lecang Desa Cibubuan, Conggeang, Sumedang, Cecep Panji, kepada ruber.id, Senin (23/1/2023).
Cecep mengatkan, untuk pemilik tanah yang kena dampak Bendungan Cipanas, dan masuk wilayah Desa Cibubuan ada sekitar 345 bidang.
Di mana, sebanyak 299 bidang tanah sudah keluar resume. Sedangkan, 46 bidang tanah lainnya belum keluar resume.
“Sebenyak 46 bidang tanah yang belum keluar resume itu, dalam proses perbaikan data. Baik tahap komplain tanaman, dan lainnya,” terang Cecep.
Berdasarkan hasil pemantauan ruber.id di lapangan, kejadian jual beli tanah itu tidak hanya di satu desa saja. Tetapi, di semua desa yang terdampak.
Karena itu, para pemilik lahan yang sudah menjual tanahnya, begitu melihat resume, langsung diminta oleh para spekulan yang telah membeli lahannya.
“Selain itu, tidak sedikit yang bermasalah. Ada yang saling rebutan pengakuan tanah dan resume,” jelas Cecep.