Sumedang Waspada, BMKG Sebut Seluruh Wilayah di Jabar Terdampak La Nina

Sumedang Waspada, BMKG Sebut Seluruh Wilayah di Jabar Terdampak La Nina

BERITA SUMEDANG.ruber.id – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bogor, Indra Gustari mengatakan, seluruh wilayah Jawa Barat (Jabar), termasuk Sumedang, perlu waspada terhadap dampak cauaca ektrem yang timbul karena fenomena La Nina.

Ha itu ia sampaikan saat melakukan audiensi dengan Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir di Ruang Tengah Gedung Negara, Jumat, 13 Mei 2022.

“Tidak hanya di Kabupaten Sumedang, namun kabupaten/kota yang lain juga mengalami dampak cuaca ekstrem tersebut. Di antaranya, Purwakarta dan Bogor yang beresiko dengan curah hujan tinggi di masing-masing wilayahnya,” ujarnya.

Menurutnya, dampak yang timbul akibat La Nina di wilayah Jawa Barat pada umumnya mengubah intensitas curah hujan.

“La Nina meningkatkan curah hujan di wilayah Jawa Barat pada umumnya antara 20% hingga 70%. Sehingga, potensi kejadian bencana yang terjadi adalah banjir, banjir bandang, atau tanah longsor, sebagaimana terjadi di Sumedang,” tuturnya.

Ia mengatakan, beberapa upaya yang harus dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya bencana diantaranya menerapkan sistem peringatan dini.

“Peringatan dini dilakukan dengan penguatan data di lapangan terkait cuaca lebih spesifik di daerah yang berpotensi rawan bencana.”

“Selain itu, melakukan penguatan observasi serta mitigasi dan adaptasi menjelang hujan sehingga dapat mengurangi potensi bencana yang ada,” katanya.

Ia menambahkan, perlu pula dilakukan penanganan dari hulu sampai hilir serta sosialisasi terkait resiko bencana tinggi.

“BMKG berkomitmen dengan Pemkab Sumedang untuk menyimpan alat teknologi sensor bencana di tempat-tempat rawan bencana dan diharapkan bisa terealisasi di tahun ini,” ungkapnya.

Soal Banjir Bandang Citengah

Sementara itu, Bupati Dony yang hadir bersama Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumedang Atang Sutarno mengatakan, tim asessment telah turun langsung ke hulu sungai yang bermuara ke daerah aliran sungai (DAS) Cipancar. Dalam rangka menelisik kejadian bencana banjir bandang di Citengah.

“Hulu Sungai Cipancar adalah Sungai Cihonje, Citundun, dan Citengah. Di sana, ditemukan ada longsoran di Cikarut dan Cilimus, termasuk di sungai Cihonje ada longsoran.”

“Air banyak turun ke bawah. Ditambah karena ada longsoran, karena arus air tertutup longsor lama-lama jebol kebawah sehingga terjadi banjir bandang.”

“Jadi kesimpulan hasil kajian tim asesmen kami ialah banjir bandang disebabkan curah hujan yang tinggi dengan durasinyà yang cukup lama,” ungkapnya.

Bupati mengatakan, Pemkab Sumedang akan melaksanakan rencana aksi penanggulangan bencana sesuai timeline sehingga bisa teratasi berdasarkan fakta dan data kajian.

“Kami juga telah melakukan penanganan jangka pendek yaitu memberikan kebutuhan bagi korban terutama kesehatannya.”

“Kemudian kami juga menugaskan tim mitigasi bencana dan pemulihan ekonomi untuk melakukan peninjauan dalam rangka pengumpulan data, ” jelasnya.

Dony menjelaskan, Early Warning System (EWS) sangat penting sebagai deteksi dini terhadap potensi bencana yang ditindaklanjuti dengan upaya penanganan bencana.

“Early Warning System bisa dilakukan dalam upaya deteksi dini untuk melihat potensi bencana.”

“Kami juga membentuk Desa Tangguh Bencana di tiap-tiap desa agar bisa melaporkan bagaimana keadaan di desanya masing-masing sebagai patokan data untuk dilaporkan ke BMKG,” katanya.