BERITA SUMEDANG.ruber.id – Keterbatasan fisik tak menghalangi Elis Desyani, 42, untuk berkarya. Meski harus duduk di atas kursi roda karena kedua kakinya lumpuh, pasca-menjalani operasi radang selaput otak 15 tahun silam.
Namun, perempuan kelahiran 7 Desember 1974 ini sukses mengembangkan produk minuman olahan khas Sunda, yakni bandrek.
Elida Hot Bandrek Tembus Pasar Internasional
Bahkan, berkat semangat pantang menyerahnya, meski dalam proses produksinya harus dilakukan di atas kursi roda. Tapi minuman khas yang mampu memberikan efek menghangatkan tubuh kepada tiap peminumnya ini, sejak tahun 2016, telah menembus pasar internasional.
Tak hanya warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke, warga dari berbagai penjuru dunia, Australia.
Kemudian Prancis, Qatar, Saudi Arabia, hingga Abu Dhabi pun rutin menikmati kehangatan minuman khas racikan tangan Elis ini.
Hebatnya lagi, produksi minuman yang telah dia kemas secara modern dengan brand Elida Hot Bandrek ini, diproses di kampung yang jauh dari pusat perkotaan Kabupaten Sumedang.
“Sudah sejak tiga tahun lalu, saya memroduksi Elida Hot Bandrek, saat ini sudah ada tujuh varian rasa.”
“Meski diproduksi di rumah yang jauh dari pusat perkotaan, tapi Alhamdulillah, sejak setahun ini bandrek yang saya buat sudah sampai ke luar negeri,” ujar ibu dari Zalfa Nurrobby Arkhan, 15, ini. Di rumahnya di Dusun Mareleng RT 10/04, Desa Cipelang, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, tahun 2017, silam.
Riwayat Elis Idap Penyakit Radang Otak
Anak dari Oom Katomadjaja ini menuturkan, setahun pasca-melahirkan anak pertama dan satu-satunya buah cinta Elis dengan Bambang Eko Saputro, 44. Dia terserang penyakit radang otak hingga harus menjalani operasi.
“Pasca-operasi 15 tahun lalu itu, kaki saya lumpuh, dan harus mulai menjalani aktivitas di atas kursi roda.”
“Meski terasa berat namun sejak saat itu, saya tidak ingin tinggal diam dan berusaha menyibukan diri dengan merintis usaha.”
“Berbagai macam usaha sudah dicoba namun gagal. Hingga akhirnya, tiga tahun yang lalu saya fokus mengolah minuman bandrek, dan ternyata, hasil olahan saya ini ternyata banyak digemari,” tuturnya.
Padahal awalnya, kata dia, bandrek yang dibuatnya ini khusus disajikan bagi sang suami tercinta yang berprofesi sebagai guru honorer di SMK PGRI Sumedang.
“Awalnya saya bikin bandrek ini khusus buat suami. Karena kebetulan suami memang suka dengan bandrek.”
“Ternyata, bandrek buatan saya ini sangat disukai suami. Dari suami pula ide untuk memroduksi bandrek ini muncul,” kenang Elis.
Perlahan, kata dia, setelah niatnya untuk memroduksi Elida Hot Bandrek dalam jumlah besar didukung penuh sang suami, pemasarannya terus meluas hingga ke luar negeri.
Beda Elida Hot Bandrek dengan Bandrek Lain
Yang membedakan bandrek olahannya dengan bandrek yang ada di pasaran saat ini, yakni Elida Hot Bandrek yakni tiap rasa/varian memiliki tiga level pedas.
Mulai dari rasa Original dengan level kepedasan Hot 5, Hot 10, dan Hot 15.
Ada pula varian rasa Hot Choco Vanila, Hot Milk Vanila, Hot Cappucino, Less Sugar, dengan tingkat kepedasan sedang.
Soal harga, Elis tak memasang harga jual tinggi. Dalam satu box berisi 5 sachet, dengan isi bersih 25 gram/sachet.
“Tadinya dipasarkan di warung-warung terdekat, ke pasar kecamatan, pasar kabupaten.”
“Selain dipasarkan secara langsung, media social (facebook, twitter, whatsapp) turut membantu dalam memasarkan produk saya ini hingga dikenal ke luar negeri.”
“Yang dari Australia pun melakukan pemesanannya melalui online, biasanya setelah mereka transfer barangnya langsung saya kirim.”
“Dan Alhamdulillah, yang pesan dari luar negeri itu, sudah setahun ini menjadi pelanggan tetap saya,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, setelah pesanan dari berbagai negara tak henti berdatangan.
Produksi Elida Hot Bandrek Berdayakan Keluarga dan Tetangga
Dalam memroduksi Elida Hot Bandrek, dia dibantu puluhan karyawan yang merupakan keluarga dan tetangga terdekatnya.
“Selain sudah punya outlet langganan tetap, saat ini pemesanan dari berbagai negara terus berdatangan.”
“Harapan saya ke depan, pemerintah memudahkan usaha yang saya rintis ini dengan membantu membangun jaringan ekspor luar negeri.”
“Agar produk bandrek olahannya makin dikenal sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan di desa,” ucapnya.
Penulis/Editor: R003