BERITA SUMEDANG.ruber.id – UMKM di Kabupaten Sumedang semakin tumbuh dan berkembang. Tidak hanya secara kuantitas, kualitasnya pun menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Yakni, dari 80.000, sekitar 40.000 UMKM di Sumedang, telah memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber. Pada acara Talkshow Soko Guru yang dilaksanakan di Panggung Utama UMKM Expo. Dengan tema Membangun Ekosistem UMKM Daerah Sumedang melalui Perencanaan Berkelanjutan, di Gedung Kesenian Pacuan Kuda, Sumedang, Jumat (12/8/2022).
“NIB untuk UMKM di Sumedang ini, merupakan yang terbanyak di republik ini. NIB ini, kepastian bagi pelaku UMKM untuk bisa ikut mendapatkan bantuan dari pemerintah. Selain itu, bisa ikut pengadaan barang jasa. Terlebih, saat ini Kabupaten Sumedang telah memiliki e-katalog lokal,” ungkapnya.
Dengan demikian, setiap pelaku UMKM Sumedang dimungkinkan bisa ikut dalam pengadaan barang dan jasa di Kabupaten Sumedang dengan berbekal NIB yang dimiliki.
“Tentunya saat ini, UMKM sumedang sudah naik kelas. Contohnya di setiap tempat publik telah memiliki gerai UMKM.”
“UMKM bisa dikatakan maju ketika kapasitas produksi lebih tinggi dan laku. Sekarang sudah mulai terlihat dengan dibantu oleh digital marketingnya,” ucap Bupati.
Dony menjelaskan, pelayanan untuk mengurus NIB di Kabupaten Sumedang sudah tersebar ke setiap desa
“Jadi sekarang kalau ingin membuat NIB tidak usah datang ke Mal Pelayanan Publik, namun operator setiap desa saat ini sudah bisa melayani NIB,” ucapnya.
Upaya Pemerintah Mudahkan Urusan Masyarakat
Menurut Bupati, cara tersebut merupakan upaya pemerintah untuk mempermudah urusan masyarakat.
“Setelah itu tahapan lainnya yakni kita memberikan program dan latihan untuk pelaku UMKM. Salah satunya, pelatihan digital marketing dan lain sebagainya,” ujarnya.
Dony menjelaskan, semua itu merupakan salah satu ikhtiar untuk mewujudkan salah satu Visi Sumedang, yakni Kreatif Ekonominya.
“Kreatif ekonominya, kami ingin menumbuhkembangkan UMKM dengan tagline Sumedang Preuneurship.”
“Di antanya, ada kewirausahaan pemuda, one village one product Kemudian kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk meningkatkan kompetensi para pelaku UMKM, dan meningkatkan kualitas produknya untuk memenuhi kelengkapan persyaratan UMKM,” tururnya.
Yang tidak kalah pentingnya, kata Dony, ialah melakukan pendekatan pentahelix.
“Bagaimana mengkolaborasikan berbagai pihak untuk membantu UMKM.”
“Termasuk UMKM Expo ini merupakan bagian dari pentahelix kolaboratif antara akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media. Itulah pola yang kami lakukan untuk membangun dan mengembangkan UMKM,” terangnya.
Selain pola pentahelix, kata Dony, pemerintah juga menerapkan pola crosscuting.
“Artinya setiap SKPD yang ada tidak lagi terkotak-kotak, tapi terintegrasi untuk memecahkan setiap persoalan dan memajukan setiap kegiatan,” terangnya.
Bupati menambahkan, forum-forum diskusi dan peningkatan kapasitas dipandang penting. Untuk mengubah ‘mindset’ para pelaku UMKM agar bisa lebih kreatif, inovatif dan menemukan cara baru untuk memasarkan produknya supaya bisa laku.
“Kita harus kreatif dan inovatif. Setiap produk harus ada narasinya. Harus ada pembedanya, berupa narasi yang menarik. Sehingga, produk ini bisa laku di pasaran. Jadi dibutuhkan kreatifitas dari para pelaku UMKM,” ungkapnya.
Bupati menuturkan, banyak strategi untuk memajukan UMKM di Sumedang dan semua kembali pada kemauan dari pemerintah untuk bisa mengkolaborasikan.
“Karena di era government 4.0 pemerintah sebagai collabolator dan masyarakat sebagai co-creator. Termasuk UMKM ini adalah co-creator. Artinya, UMKM harus lebih kreatif,” tuturnya.
Adapun pemerintah berperan mengkolaborasikan dan mengorkestrasikan UMKM dengan komponen pentahelix lainnya untuk memajukan UMKM.
“Bagaimana mereka bisa hadir, tentunya pemerintah yang mengorkestrasinya dengan cara membuat regulasi dan kebijakan lainnya,” ucapnya.