Sejumlah Alasan Warga Sumedang Keukeuh Menolak Proyek Geothermal di Gunung Tampomas

Warga Sumedang Tetap Menolak Proyek Geothermal di Gunung Tampomas
Warga Buahdua Sumedang kembali membentangkan spanduk penolakan terhadap mega proyek Geothermal di Gunung Tampomas. usup supriadi/ruber.id

BERITA SUMEDANG.ruber.id – Warga di kawasan kaki Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang, baik itu di Kecamatan Conggeang, dan Buahdua tetap menolak rencana pemerintah untuk mengembangkan mega proyek Geothermal.

Menurut warga Buahdua, selama ini, rencana pembangunan tersebut tidak maksimal dalam hal, pemerintah meminta persetujuan warga di mana lokasi pembangunan berada.

Karena, anggapan membangun adalah hak pemerintah. Sepanjang aturan hukum dan syarat administrasi dipenuhi, tak penting ada persetujuan warga atau tidak.

“Penegasan ini juga didasari sikap pemerintah, yang acap bertindak sepihak dengan dalih kepentingan umum. Berdampak positif bagi kesejahteraan dan kemajuan masyarakat,” kata Nana, Ketua RW 03 Desa Sekarwangi, Buahdua dan sejumlah tokoh lainnya kepada ruber.id, Sabtu (22/9/2023).

Warga Keukeuh Menolak Proyek Geothermal Gunung Tampomas Sumedang

Nana mengatakan, banyak warga sangat menolak pembangunan Geothermal di Gunung Tampomas.

“Kami menganggap, selama ini rencana pembangunan panas bumi atau Geothermal ini kurang maksimal, dalam hal meminta persetujuan warga di mana lokasi pembangunan berada,” ucapnya.

Nana menjelaskan, rencana pemerintah dalam membangun proyek Geothermal Tampomas ini, terlalu dipaksakan.

“Gunung Tampomas sebagai daerah konservasi dan hutan lindung. Sangat mengherankan jika daerah konservasi diizinkan untuk dirusak,” jelasnya.

Gunung Tampomas, merupakan kawasan hulu daerah tangkapan air yang menyuplai ketersediaan air untuk kawasan yang ada di sekitarnya.

“Sehingga, masyarakat di sekitar Gunung Tampomas ini sangat tergantung kehidupannya pada kelestarian Gunung Tampomas,” sebut Nana.

Nana menjelaskan, analisis yang dilakukan pemerintah dalam merencanakan pembangunan Geothermal Tampomas kurang mendalam dan, tidak mengakomodasi kepentingan masyarakat.

“Pemangku kepentingan, seolah menganggap ini menjadi proyek yang aman. Proses izin proyek Geothermal harus tetap memperhatikan aspek lingkungan dan sosial masyarakat,” sebutnya.

Beberapa Alasan Penolakan Warga

Selain itu, kata Nana, warga juga khawatir dengan berbagai dampak negatif yang akan terjadi.

“Seperti terkait emisi gas rumah kaca, yang mana, saat panas bumi diekstraksi, gas-gas berbahaya seperti belerang, metana, dan karbon dioksida terlepas ke atmosfer,” jelasnya

Gas-gas berbahaya ini, kata Nana, dapat berkontribusi pada efek rumah kaca dan dapat menyebabkan perubahan iklim.

Dampak pada Sistem Geologis

Kemudian, kata Nana, warga juga khawatir dengan dampak pada sistem geologis.

Di mana, eisploitasi energi panas bumi Geotermal dapat mengganggu sistem geologis bawah tanah, yang dapat memicu gempa bumi dan aktivitas vulkanik.

“Beberapa lokasi di mana pembangkit listrik tenaga panas bumi telah dibangun, mengalami peningkatan aktivitas gempa bumi,” sebutnya.

Pengaruh terhadap Sumber Daya Air

Alasan penolakan lainnya, yakni pengaruh proyek Geothermal terhadap sumber daya air.

“Pembangkit listrik Geotermal, membutuhkan banyak air untuk pendinginan. Hal ini, dapat mengurangi pasokan air di daerah yang kering. Atau bahkan, mengganggu ekosistem air,” katanya.

Dampak pada Kehidupan Tanaman dan Hewan

Nana mengatakan, konstruksi dan eksploitasi pembangkit listrik Geotermal juga dapat mengganggu habitat alami hewan dan tumbuhan, serta dapat merusak ekosistem.

“Dampak sosial pembangunan dan eksploitasi pembangkit listrik Geotermal dapat memengaruhi masyarakat setempat.”

“Dan proyek Geotermal ini, dapat mengubah pola hidup masyarakat, serta dapat mempengaruhi cara hidup tradisional,” katanya.

Selain itu, kata Naba, keuntungan ekonomi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik Geotermal mungkin tidak didistribusikan secara adil di antara masyarakat setempat.

“Dengan berbagai alasan itulah, kami tetap menolak rencana pemerintah dalam mengembangkan panas bumi atau Geothermal di Gunung Tampomas, Sumedang,” tegas Nana.